Jumat, 07 Februari 2014

QC (Quality Control)dan QA(Quality Assurance)



QC (Quality Control)dan QA(Quality Assurance)


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang
Dalam bidang kesehatan, radiologi merupakan salah satu unit penunjang yang memanfaatkan penggunaan radiasi pengion khususnya sinar x untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit pasien. Hasil dari pelayanan radiologi akan menentukkan diagnosa penyakit pasien sehingga dapat ditentukan perencanaan pengobatan bagi pasien tersebut dengan lebih akurat, tepat dan optimal. Radiografer sebagai tenaga kesehatan yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi dengan pemanfaatan radiasi pengion di instalasi radiologi harus mampu menjamin keakurasian dan keamanan pesawat sehingga dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di bidang radiologi yang aman bagi pasien, radiografer dan lingkungan. 
Pengendalian mutu (quality control) merupakan kegiatan mengendalikan mutu dengan memeriksa (inspeksi) hasil produksi apakah mutu telah seperti yang dikehendaki yang sesuai standar. Sedangkan tujuan quality kontrol memberikan kepuasan kepada pelanggan dari suatu jasa atau produk yang ditawarkan dengan cara memeriksa hasil produksi, memonitor dan menilai produk yang bermutu. Kegiatan inilah yang seharusnya dilakukan para radiografer untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di instalasi radiologi antara lain adalah pesawat sinar-X, film, kaset, alat processing dan kamar gelap. Sarana dan prasarana tersebut harus diperhatikan, terutama pesawat sinar x karena merupakan komponen utama dalam pelayanan radiologi. Sebagai komponen utama dalam pelayanan radiologi, pesawat sinar x harus dalam keadaan layak untuk digunakan. Jika pesawat tersebut dalam keadaan tidak layak atau tidak memenuhi standar-standar keselamatan maka pesawat tersebut dapat membahayakan bagi radiografer, pasien, dan lingkungan sekitarrnya. Berdasarkan Radiological Council of Western Australia, untuk mengetahui apakah pesawat tersebut layak untuk digunakan maka diperlukan kegiatan pengendalian mutu berupa pengukuran keakurasian kolimasi, pengukuran keakurasian tegangan tabung (kV), pengukuran ke akurasian waktu eksposi, pengukuran linearisasi mA, pengukuran titik fokus efektif,  pengukuran ketepatan pusat grid, pengukuran kebocoran tabung pesawat sinar-X dan paparan radiasi hambur.

B. Tujuan Penulisan
1.   Untuk mengetahui uji kelayakan dan keselamatan tabung pesawat sinar-X 
2.   Untuk mengetahui uji kelayakan dan keselamatan generator performance  
      (akurasi  kVp, linierisasi mA, ketepatan eksposi, kecukupan HVL)
3.        Untuk mengetahui uji kelayakan dan keselamatan kolimasi pada pesawat
       sinar-X


BAB II
KAJIAN TEORI


  1. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
1.      Pengertian
Jaminan mutu atau quality assurance merupakan suatu program yang termasuk di dalamnya quality control, untuk proses perbaikan dengan memberikan informasi diagnostik yang tepat untuk mengurangi paparan radiasi dan meningkatkan citra radiodiagnostik dengan biaya serendah mungkin dan meminimalisasi suatu kesalahan dengan membuat program kegiatan agar dapat mengukur kembaliuntuk menentukan apakah peningkatan  mutu telah tercapai.
Program jaminan mutu (QA) dalam radiologi diagnostik menurut WHO adalah suatu usaha yang tertata dengan baik oleh staf untuk memastikan citra diagnostik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi sehingga dapat memberikan informasi diagnostik yang memadai secara konsisten, yang didapat dengan biaya dan paparan radiasi pasien seminimal mungkin.
Dr. Heater Palmar (1983) dari Universitas Howard mendefinisikan quality assurance adalah suatu proses pengukuran mutu, menganalisa kekurangan yang ditemukan dan membuat kegiatan untuk meningkatkan penampilan yang diikutidengan pengukuran mutu kembali untuk menentukan apakah peningkatan telah tercapai.
2.      Tujuan
Tujuan dari dibentuk nya quality assurance dalam bidang radiologi yaitu untuk meberikan pelayanan yang berkualitas, lebih efektif dan efesien, dengan diagnostik yang setinggi mungkin dan paparan radiasi yang serendah – rendahnya serta biaya yang sewajarnya.
Dengan tercapainya tujuan dari QA dalam bidang radiologi maka diharapkan pelayanan radiologi yang diberikan kepada pasien dapat terus ditingkatkan sehingga dapat memberikan kepuasan kepaa pasien.
  1. Quality Control (Kendali Mutu)
1.      Pengertian
a)              Menurut Vincent Gaspersz  (Total Quality Management, 2006 ), kendali mutu adalah teknik-teknik dan aktifitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.
b)             Menurut Charlton (Prinsiple of Radiographic Imaging, 1992), kendali mutu adalah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya dalam mengendalikan mutu
2.      Tujuan
Adapun tujuan dari kendali mutu adalah memberikan mutu (Provide Quality) yaitu dengan cara memuaskan (xatisfactory), memadai dan cukup (adequate), dapat dipercaya (dependable), serta ekonomis (economic)
Pelayanan Radiologi harus senantiasa memantau dan mengevaluasi secara periodik hasil pelayanan yang diselenggarakan, hal ini penting untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu, cakupan dan efektifitas serta efisiensi pelayanan, meliputi:
a.)    Evaluasi mutu pelayanan yaitu evaluasi mutu pelayanan dapat dilakukan secara intern di instalasi radiologi maupun secara eksterna bersama disiplin ilmu lainnya.
b.)    Evaluasi cakupan pelayanan yaitu evaluasi cakupan pelayanan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana rujukan yang diterima oleh instalasi radiologi dan jumlah serta jenis pemeriksaan yang dibutuhkan.
c.)    Evaluasi Efektifitas dan Efisiensi Pelayanan yaitu evaluasi ini dilakukan dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang makin maju.
  1. Pesawat Sinar-X Radiodiagnostik
Menurut Bushong, 2008, dalam proses terjadinya sinar-X  ada beberapa komponen tabung sinar-X yang harus diperhatikan yaitu insert tube dan tube housing.
a.       Tube Housing
Menurut  Irawati, 2009, Dinding bagian luar tabung disebut rumah tabung, terbuat dari metal. Bagian dalam dinding tersebut terbuat dari lapisan timbale (Pb). Fungsi dinding ini adalah untuk menahan berkas sinar-X yang tidak searah dengan window. Window berfungsi sebagai filter untuk menahan energi rendah radiasi sianr-X sebagai tempat sumber daya (power source)
Menurut Bhusong, 2008, untuk jenis anoda putar terdapat terminal tegangan tinggi, isolator terhadap tegangan tinggi, dapat dipasangkan secara tepat dengan pelindung tabung (tube envelope), dapat dipasangkan peralatan kolimator dan berisi minyak pendingin cooling oil untuk menyerap panas tinggi selama proses pembangkitan. Rumah tabung juga dilengkapi sambungan kabel tegangan tinggi yaitu kabel dari HTT.
Menurut Suhartono, 2011, Rumah Tabung (Tube Housing), yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan insert tube didalamnya, yang terdiri dari:
1)             Perisai Tabung (tube sield), Pada umumnya terbuat dari metal berlapis timbal, dapat dikondisikan hampa udara ± 10-6mm Hg dan dapat memberikan isolasi yang baik antara katoda dan anoda, berfungsi sebagai pelindung insert tube sekaligus sebagai perisai terhadap radiasi bocoran. Untuk menunjang hal tersebut, dipilih suatu bahan yang memiliki titik lebur tinggi untuk menahan panas selama proses pembangkitan sinar-X dan mudah dibentuk untuk konstruksi pabrik.
2)             Minyak, diantara perisai tabung dengan insert tube, berfungsi sebagai isolator tegangan tinggi, sekaligus pendingin tabung.
3)             Window, yaitu celah dari perisai tabung, untuk keluarnya berkas sinar-X yang akan digunakan
4)             Fiter, yaitu penyaring berkas sinar-X
 


a.       Insert Tube
Didalam insert tube terdapat bagian-bagian yaitu tabung kaca hampa udara, anoda dan katoda.

1.)    Tabung kaca hampa udara
Dinding insert tube ini terbuat dari gelas pyrex yang berfungsi untuk menempatkan filamen dan target berada didalam ruangan hampa udara. Keadaan hampa udara ini berfungsi agar elektron didalam tabung dapat dikendalikan, tabung kaca yang tinggi kevakumannya ini terendam dalam minyak trafo, minyak ini berfungsi sebagai bahan isolasi tegangan tinggi dan juga sebagai pendingin tabung rontgen.
2.)    Katoda
Menurut Irnawati, 2009, merupakan tempat filamen yang terbuat dari kawat tungsten yang mempunyai titik lebar tinggi. Pada filamen terjadi emisi elektron akibat pemanasan filamen. Emisi elektron artinya terlepasnya elektron dari atom-atom bahan filamen. Banyaknya elektron bebas tergantung pada pengaturan tegangan yang masuk ke filamen diatur melalui pengaturan tahanan (rheostat). Selain mempunyai kutub negatif, filamen juga dilengkapi alat pemusat elektron (focusing cup) pada ujung filamen.


1.)    Anoda
Menurut Irnawati, 2009, Merupakan sasaran atau target yang akan ditembaki oleh elektron, dilengkapi dengan bidang focus (focus spot). Permukaan anoda membentuk sudut dengan kemiringan 45o. Kemiringan ini untuk mendapatkan fokus efektif agar sinar-X yang keluar dari tabung dapat terarah. Bahan anoda terbuat dari wolfram/ tungsten, dengan nomor atom 74 dan mempunyai titik lebur 3360o celcius,  mempunyai keuntungan sebagai penghantar panas yang baik. Anoda ini juga merangkap sebagai kutub positif.
Anoda merupakan elektroda positif yang terdapat pada tabung sinar-X. Dimana anoda terdiri dari dua jenis yaitu anoda diam dan anoda putar.
a)      Anoda diam (Stationary Anode)
Anoda diam pada tabung sinar-X terbuat dari plat tungsten kecil yang mempunyai ketebalan 2-3 mm yang melekat pada logam tembaga, dimana plat tungsten tersebut mempunyai bentuk segi empat dengan luas sebesar 1 cm2. Kemiringan anoda sebesar 15o-20o. Bahan tungsten yang mempunyai nomor atom yang tinggi yaitu 74 cenderung dipilih sebagai anoda diam karena lebih efisien dalam menghasilkan sinar-X, dan mempunyai titik lebur yang tinggi sekitar 3400oC sehingga mampu menahan suhu tinggi yang dihasilkan dan juga tungsten baik untuk menyerap panas.
Pada anoda dian ini terdapat logam yang berfungsi untuk mengurangi panas yang terjadi pada anoda. Tumbukan elektron pada anoda ini hanya pada satu tempat saja sehingga permukaan anoda akan cepat rusak.


a)      Anoda Putar ( Rotating Anode )
Anoda putar yang terdapat dalam tabung sinar-X merupakan piringan anoda yang terbuat dari bahan tungsten. Dimana perputaran anoda dapat mencapai sekitar 3600 putaran permenit pada saat dilakukan  eksposi. Perputaran anoda dalam tabung sinar-X tersebut mengakibatkan tumbukan berkas elektron akan merata dan mampu menahan panas yang ditimbulkan dari tumbukan berkas elektron tersebut, walaupun dengan waktu eksposi yang lama.
Piringan tungsten pada anoda tersebut mempunyai sudut kemiringan sekitar 16-20o dimana kemiringan sudut tersebut sangat menentukan ukuran dan bentuk sinar-X yang dihasilkan.
Pada anoda putar biasanya terdapat fokus ganda yang mempunyai ukuran besar dan kecil. Konstruksi ukuran fokus dapat dibuat melalui dua cara yaitu pertama, luasan bidang fokusn yang ukurannya ditentukan oleh dua macam ukuran filamen.
Filamen yang kecil menghasilkan fokus kecil sedangkan filamen yang besar menghasilkan fokus besar. Kedua luasan bidang fokus yang ukurannya ditentukan leh tingkat kemiringan bidang target pada piring anoda. Tingkat kemiringan yang kecil menghasilkan fokus kecil sedangakan kemiringan yang besar menghasilkan fokus besar.


1.)    Kolimator
Menurut Carlton, 1992 kolimator adalah alat pembatas radiasi yang umumnya digunakan pada radiografi yang terdiri dari dua set penutup (shutter) timbal yang saling berhadapan dan bergerak dengan arah berlawanan secara berpasangan. Alat ini mempunyai dua keuntungan yaitu dilengkapi dengan pembatas luas lapangan penyinaran yang dapat diatur dan dapatdijadikan sebagai acuan untuk menentukan titik tengah (central point) sinar-X yang keluar dari bidang target. Kolimator dilengkapi oleh bola lampu, cermin dan dua penutup jendela (shutter)  yaitu shutter 1 dan shutter 2.
Bola lampu dan cermin berfungsi sebagai penunjuk berkas sinar-X yang akan tergambar pada film radiografi. Berkas sinar tersebut dibelokkan oleh sebuah cermin yang di pasang pada jalur didalam berkas sinar-X dengan sudut 45°.            
Antara target tabung sinar-X dan sinar lampuharus memiliki jarak yang tepat dan sama dari pusat cerminsehingga, berkas sinar yang melewati shutter kedua yang telahterbuka terkolimasi secara tepat dengan berkas sinar-X.
Menurut Richard R. Carlton, 1992, kolimator adalah alat pembatas radiasi yang terdiri dari dua set penutup (shutter) timbal yang saling berhadapan dan bergerak dengan arah berlawanan secara berpasangan. Alat ini mempunyai dua keuntungan yaitu dilengkapi dengan pembatasan luas lapangan penyinaran yang dapat diatur dan dijadikan sebagai acuan menentukan titik tengah (central point) sinar-X yang keluar dari bidang target. Kolimator dilengkapi dengan bola lampu, cermin dan dua penutup jendela (shutter) yaitu shutter 1dan shutter 2. Bola lampu and cermin berfungsi sebagai penunjuk berkas sinar-X yang akan tergambar pada film radiografi.
Berkas sinar tersebut dibelokkan oleh sebuah cermin yang dipasang pada jalur didalam berkas sinar-X dengan sudut 45o. Antara target tabung sinar-X dan sianr lampu harus memiliki jarak yang tepat dan sama dari pusat cermin sehingga, berkas sinar yang melewati shutter kedua yang telah terbuka terkolimasi secara tepat dengan berkas sinar-X.
                  Dua penutup jendela (shutter) kolimator yaitu S1 dan S2 terbuat dari Pb dan dapat digerakkan atau diatur secara bersama-sama, dengan shutter itu luas daerah penyinaran sinar-X yang keluar dapat diatur sesuai dengan objek dan kriteria yang diinginkan. Pada saat kedua shutter bergerak bersama-sama, shutter kedua mengarahkan berkas yang pertama agar dapat menghilangkan penumbra.masing-masing shutter ini terdiri dari empat atau lebih lempeng timah dan berfungsi sebagai dua buah celah diafragma yang dapat diatur sehingga lempengan bergerak bebas secara berpasangan
 


1.)    Contol Panel
a.       kV (kiloVolt)
        Tegangan listrik (kV) adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda didalam tabung Roentgen. kV atau Tegangan listrik akan menentukan kualitas sinar-x dan daya tembus sinar-x, makin tinggi besaran tegangan listrik yang di gunakan makin besar pula daya tembusnya.
        Dalam menentukan tegangan listrik sebaiknya menggunakan tegangan optimal yang mampu menghasilkan detail obyek tampak jelas. Hal-hal yang mempengaruhi tegangan tabung adalah :
-      Jenis pemotretan
-      Ketebalan obyek
-      Jarak pemotretan
-      Perlengkapan yang digunakan
Efek yang terjadi sehubungan dengan kenaikan tegangan listrik (kV) adalah
-      Energi radiasi sinar-x akan meningkat, sehingga densitas pada film akan
        menigkat
-      Mengurangi kontras obye
-      Mengurangi dosis radiasi pada kulit sedangkan pada gonat meningkat
b.      mA (milliAmpere)
               Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian akan digunakan sebagai penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung seri dengan trafo filament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R nya untuk menentukan voltage drop pada VR. Semakin  besar pilihan mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R yang paling kecil,sehingga voltage dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R paling besar. Arus tabung ditentukan oleh besarnya tegangan pada trasformator filamen. Tegangan transformator ini (EF) akan menentukan besarnya arus transformator filamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo filamen semakin besar pula arus yang mengalir pada trafo filament,besarnya arus trafo filamen ini akan menentukan banyaknya elektron bebas  yang dihasilkan. EF besar --> IF besar --> elektron bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan trafo filamen kecil karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada tegangan trafo lebih kecil karena R tadi menyebabkan voltage drop yang lebih besar.
V = I x R . Tegangan pada filament = Tegangan awal – voltage drop.

- Stand by Resistance
Alat yang berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen tabung rontgen agar terjadi pre heating sebelum expose berlangsung sehingga filament tabung roentgen lebih awet. Alat ini terdiri dari R yang dilengkapi yang dilengkapi dengan kontaktor yang digerakkan oleh delay relay.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut, pada saat main swith ON, filament tabung rontgen langsung mendapatkan tegangan dari transformator filament tapi melewati stand by resistant sehingga tegangan yang mengalir bukan tegangan normal. Pada saat expose, timer bekerja dan relay energice bekerja sehingga kontaktor exposure swith terhubung dan kontaktor relay di stand by resistant terhubung (di by pass ), sehingga tegangan akan melewati kontaktor (bukan R lagi) sehingga tidak ada voltage drop sehingga pemanasan filament pada tegangan normal.
- Filament limiter (mA limiter)
Alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus filamen, maksudnya agar tegangan pemanas filamen di atas sesuai dengan kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen sehingga pemberian tegangan tersebut memberi pemanasan yang normal. Pengunaan filament limiter ini akan lebih terasa terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double focus, yaitu focus besar dan focus kecil yang masing-masing dilengkapi filament limiter sendiri. Untuk yang large focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang small focus nilai tahanan limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan.

 

BAB III
PEMBAHASAN


A.    Quality Contol (QC) Tabung Pesawat Sinar-X
1.      Uji Kebocoran Tabung Pesawat Sinar-X
            Tujuan
Untuk menentukan area kebocoran radiasi yang terjadi pada rumah tabung sinar-X dan untuk mengukur nilai kebocoran yang terjadi. Uji ini juga perlu dikerjakan jika telah dilakukan perawatan atau perbaikan terhadap rumah tabung sinar-X.
Alat dan Bahan
a. Beberapa film sinar-X yang terbungkus karton/amplop kedap cahaya atau kaset sinar-X berisi fresh film
b. Ionization Chamber dan electrometer dengan kemampuan jangkauan area detector tidak melampau 100 cm2
c.  Pita pengukur
d. Plester plastik tidak tembus pandang.

Cara Kerja
a. Pastikan bahwa sebelum pengujian dilakukan, prosedur warm up pesawat sinar-X telah dilakukan dan posisi shutter kolimator dalam keadaan tertutup
b. Letakkan film sinar-X yang terbungkus karton/amplop kedap cahaya di sekitar dekat rumah tabung sinar-X dan pastikan pada posisi tersebut film dapat merespon (untuk itu pemasangan marker pada aplom film akan sangat berguna)
c. Sebaiknya dilakukan juga pemakaian beberapa film dan pengujian pada penempatan di lokasi/area yang berbeda di sekitar rumah tabung.
d. Posisikan Ionization Chamber sebagaimana gambar di atas guna pengukuran nilai paparan radiasi
e. Lakukan eksposi dengan pengaturan tegangan tabung. ±10 kVp dari kVp maksimum yang ada pada pesawat dengan pengaturan arus tabung sekon pada ± 50 mAs untuk penggunaan kaset sinar-X (jika memakai film sinar-X yang terbungkus karton/amplop kedap cahaya nilai mAs diperlukan lebih besar)
Catatan: Pemakaian tegangan tabung. ±10 kVp dari kVp maksimum yang ada pada pesawat dimaksudkan agar tidak terjadi over-voltage
f. Proses film selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya kebocoran radiasi berikut besarnya nilai kebocoran tersebut
g. Catat besarnya paparan radiasi yang terbaca pada read out electrometer.
Frekuensi Uji
1 (satu) tahun sekali atau setelah perbaikan atau perawatan rumah tabung dan kolimator.
Penilaian dan Evaluasi
      Nilai maksimum yang diperkenankan terjadinya kebocoran radiasi adalah 1 mGy per 1 jam pada jarak 1 m ketika tabung sinar-X beroperasi pada tegangan maksimum rata-rata dan arus tabung kontinu maksimum. Spesifikasi beban tabung yang dikeluarkan oleh pabrik akan diperlukan sebagai referensi (SA 1975:2000, Health Departement of Western Australia). Periksa dengan teliti film-film yang telah diproses, jika rumah tabung berfungsi sebagai pelindung (shielding) yang efektif maka pada film tidak ada efek kebocoran radiasi (penghitaman). Dengan demikian hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dapat dikoreksi sesuai persyaratan dimaksud.
1.      Uji Tegangan Tabung Sinar-X
Tujuan
Untuk menentukan keakuratan dari tegangan tabung.


Alat dan Bahan
1. KV meter digital atau penganalisis berkas sinar-X yang non-invasif.
2. Meteran
Cara Kerja
1. Pastikan bahwa setiap prosedur pemanasan tabung pesawat sinar-X yang diperlukan telah diikuti.
2. Semua filtrasi yang berupa tambahan maupun yang ditempatkan pada arah berkas sinar-X harus dicopot atau disetel dengan nilai minimum, kecuali yang memang telah ditetapkan oleh pabrik pembuat sebelum meneruskan uji ini.
3. Letakkan detektor pada titik tengah bidang uji atau sesuai dengan ketentuan penempatan detektor yang tertera pada buku petunjuk penggunaan detektor tersebut. Ukur dan catat jarak antara detektor ke sumber radiasi.
4. Aturlah letak pengatur garis tegangan agar tepat (LV Kompensator). Gunakan 70 kVp, 20 mAs (atau yang paling dekat). Hal ini bisa menunjukkan beberapa ciri yang tidak lazim yang mungkin berpengaruh terhadap pengukuran tegangan tabung. Untuk pesawat sinar-X dengan sistem setengah gelombang (half wave) atau penuh (full wave), maka uji perlu dimulai dengan pengukuran 100 ms setelah eksposi awal untuk mengetahui ketidakstabilan di dalam arus tabung.
5. Lakukan beberapa kali pengukuran, dimulai dengan 60 kVp dan meningkat terus dengan interval 10 kVp sampai nilai maksimum (untuk pesawat sinar-X yang usianya telah tua, pengujian dihentikan pada nilai 10 kVp kurang dari maksimum). Gunakan waktu eksposi/paparan (exposure time) ≥ 0,1 s dan lebih disukai ≤ 0,2 s. Lakukan pengukuran keluaran sinaran (exposure output measurements) secara serempak dengan pengukuran kVp pada masing-masing tingkatan kVp.
Catatan: Untuk pesawat sinar-X dengan kelengkapan ukuran fokus besar dan kecil, direkomendasikan bahwa fokus besar harus digunakan untuk rentang kVp terukur dengan pengulangan pengukuran sampai 3 kali menggunakan fokus kecil pada rentang 60 dan 80 kVp. Pastikan bahwa pengukuran dilakukan pada rentang tegangan yang disarankan, terutama pada pesawat sinar-X untuk pemeriksaan balita.
6. Pilih satu nilai tengah kisaran kVp, sebaiknya 70 kVp, lalu waktu penyinaran antara 0,1 - 0,2 s, dan ulangi pengukuran ini dengan menggunakan rentang mA yang cocok dengan nilai kVp tersebut (faktor eksposi efektif).
Frekuensi Uji
Dilakukan saat uji kesesuaian, setiap 2 tahun sekali atau ketika mengalami pemindahan pesawat sinar-X.
Penilaian dan Evaluasi
Harap diperhatikan betul bahwa tegangan tabung yang diperoleh adalah nilai rerata dari tegangan puncak di sepanjang angka sampel (kVp rerata). Beberapa alat pada pesawat sinar-X menampilkan beberapa parameter tegangan tinggi yang berbeda seperti kVp maksimum, kV efektif, dll. Tegangan tabung harus mampu dengan baik mengikuti aturan yang dipersyaratan yaitu pada saat nilai pengukuran 100 ms dari nilai eksposi awal. Termasuk dalam kesalahan instrumen ukur atau tegangan tabung gagal sesuai jika nilai pengukuran yang diperoleh berbeda dengan nilai angka atau nilai set tegangan tabung sebesar > ± 6,0% untuk tegangan kurang dari atau sepadan dengan 100 kVp atau > ± 6,0 kVp untuk tegangan yang lebih besar dari 100 kVp. Bentuk gelombang sinaran digunakan untuk menentukan bahwa pengukuran tidak dipengaruhi oleh setiap ciri bentuk gelombang yang tidak biasa.
Hal ini bisa jadi berupa puncak tegangan, keluaran yang tidak konsisten, bentuk gelombang sinaran yang menaik dll. Suatu kenaikan bentuk gelombang sinaran bisa diartikan dengan kurangnya pemanasan awal filamen tabung dan berakibat timbulnya bentuk tegangan yang tidak seragam terhadap periode tertentu dari paparan. Naiknya bentuk gelombang dapat pula dikaitkan dengan ketidaksesuaian nilai hambatan listrik antara pesawat sinar-X dengan suplai listrik. Bila terjadi keadaan seperti ini, maka perlu mendapat perhatian tetapi jangan dikaitkan dengan terjadinya masalah pada keakuratan tegangan tabung.
Keluaran sinaran di atas rentang tegangan tabung dapat digunakan untuk membandingkan keluaran dari tabung dan pembangkit yang berbeda tetapi masih di dalam suatu departemen. Untuk nilai mA dan s yang tetap atau nilai mAs yang tetap, maka suatu grafik logaritma dari kVp berbanding dengan grafik logaritma keluaran harus merupakan suatu garis lurus, khususnya pada nilai 50 kVp dan 100 kVp, dengan nilai koefisien koreksinya adalah r2 ≥ 0,99. Nilai gradien dari grafik semacam itu bervariasi antara 2,0 sampai 2,8. Nilai deviasi yang signifikan dari titik pengukuran pada linieritas titik tersebut berarti menunjukkan terjadinya kelainan pada pembangkit pesawat sinar-X. Padanan : Radiation = sinaran Half wave = gelombang separuh. Exposure = paparan
B.     Quality Contol (QC) generator performance (akurasi kVp, linierisasi mA, ketepatan eksposi, HVL)
Generator adalah salah satu dari elemen dari sistem pembangkit sinar-X. Ketidak konsistensian produksi/keluaran sinar-X dari tabung sinar-X yang dibangkitkan oleh suatu generator pembangkit, sangat dipengaruhi oleh parameter teknis antara lain  kualitas tegangan suplai, kV, mA dan waktu. (t). Besarnya keluaran radiasi yang tidak konsisten akibat akibat dari kinerja parameter teknis yang tidak baik berpengaruh langsung terhadap variasi-variasi baik kualitas gambar, kualitas atau kuantitas radiasi yang diproduksi dan dosis. 
Untuk itu sangatlah penting memonitor parameter-parameter tersebut khususnya kV, mA, dan waktu eksposi (t), reprodusibilitas sinar-X, dan kecukupan nilai HVL tabung sinar-X
a.      Uji Akurasi kVp
Voltase tabung sinar-X mempunyai efek yang signifikan terhadap kontras gambar, densitas optik dan juga dosisi radiasi kepada pasien.
Oleh karena itu pemilihan kV pada meja kontrol seharusnya memproduksi out kVp dengan tingkat energi radiasi sinar-X yang proposional. Kejadian tidak proposionalnya energi sinar-X yang keluar dengan setting kVp pada kontol merupakan indikasi ketidakakuratan nilai kVp.
Variasi perbedaan setting kvP dengan kualitas`berkas`sinar-X masih diperkenankan s.d ± 4 kVp dari nilai sesungguhnya.
Pengujian terhadap akurasi kVp dapat dilakukan dengan alat ” wisconsin test cassete ” atau ’ Digital kVp meter`seperti terlihat pada gambar berikut.
 



a.      Uji linieritas mA (mA Exposure time linierity dan reciprocity)
mA selektor pada generator sinar-X adalah digunakan untuk mengatur temperatur filamen tabung sinar-X, sepanjang waktu eksposi radiasi terjadi. Lebih penting lagi mA selektor menentukan kuantitas dari radiasi sinar-X yang terjadi dalam suatu berkas sinar. Dengan demikian maka akurasi nilai mA yang dipilih adalah sama pentingnya dengan akurasi timer eksposi (waktu eksposi). Satu metode untk pengujian akurasi mA yang dapat dilakukan adalah dengan membuat satu eksposi radiasi sambil mencermati mas meter pada panel kontrol. Metode terbaik selain ini adalah dengan menguji resiprok dan kelinieran dari mA.

Reciprok berati : Eksposi dilakukan pada nilai mAs yang sama diperoleh dengan   
                      kombinsi mA dan S yang berbeda.
Output Radiasi seharusnya adalah sama sepanjang kVp yang digunakan dijaga pada posisi konstan. Untuk menghitung nilai resiprok dari suatu eksposi radiasi maka dapat digunakan rumus sbb:

Reciprocity varience = ( mR/mAs max-mR/mAs min) : 2
                                            mR/mAs rata-rata

Variasi resiproksiti masih diperkenankan pada prosentase ± 10 %
Dikatakan bahwa resiprok generator adalah baik bila perhitungan variancenya adalah lebih kecil dari 10 %. Alat untuk mengukur eksposi dan mengitung resiprok dapat mengunakan dosimeter saku atau menggunakan Al.


Linierity
Linierity berarty bahwa peningkatan yang teratur dalam nilai mas seharusnya memproduksi peningkatan yang teratur dalam nili eksposur yang di ukur. Dengan kata lain, jika kita mengatur 70 kv an 10 mas untuk memproduksi eksposi sebesar 50 mR pada dosimeter, maka selanjutnya bila kita mengatur 70 kV, 20 mAs untuk alat yang sama seharusnya memproduksi nilai eksposi sebesar 100 mR, tentunya bila mA station dan timer sudah terkalibrasi. Variasi linierity masih diperkenankan antar ± 20 %.
Pengukuran linierity dapat dilakukan seoerti  apa yang di kerjakan pada pegukuran recprocity atau dengan cara yang sama dngan ruus sbb:

Linierity varience = ( mR/mAs max-mR/mAs min) : 2
                                            mR/mAs rata-rata

Apabila hasil pengulangan/ penghitungan linierity pada kisaran lebih kecil dari 10 % maka dapat dikatakan bahwa linierity sementara adalah baik. Promlem yang sering di jumpai di lapangan bahwa buruknya linierity suatu system karena buruknya timer, rektifier yang buruk.
b.      Uji waktu eksposi (Akurasi Timer)
Waktu eksposi secara langsung mempengaruhi kuantitas keseluruhan dari radiasi sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X. Dengan demikian, keakuratan waktu eksposi adalah bersifat kritikal bilamana dikehendaki eksposi terhadap radiograf memadai dengan dosis radiasi yang beralasan terhadap pasien.
Variabilitas yang di perbolehkan untuk akurasi waktu eksposi adalah ± 5 % untuk penggunaan waktu eksposi lebih b esar dari 10  mA, dan ± 20 % untuk eksposi lebih kecil dari 10 mS.
Cara termudah untuk mengukur akurasi nilai waktu eksposi adalah dengan menggunakan dengan menggunakan”digital timer meter atau multi funtion meter”. Namun demikian bila fasilitas radiologi tidak memiliki peralatan non invansif semacam ini, sebuah alat sederhana yang dikenal dengan ” Spinning Top Device” guna menggukur akurasi waktu eksposi pada suatu sistem generator pembangkit sinar-X.


Bila generator sinar-X adalah half wave rectifier ( penghantar setengah gelombang) maka untuk menghitung atau mengkonversi waktu eksposi yang sesungguhnya adalah dengan cara:

Banyaknya titik hitam =  waktu eksposi (secons) x 60 )

Selanjutnya bila generator yag dimiliki full have rektifier (penghantar gelombang penuh) Maka,

Banyaknya titik hitam =  waktu eksposi (secons) x 120

Pengujian dengan spining top sebaiknya menggunakan pengaturan waktu pada 1/10, 1/20, 1/30 & 1/40 untuk peralatan dengan phasa tunggal. Untuk peralatan dengan fassa tiga atau hight frequency generator. Produksi sinar-X sudah konstan, sehinnga gambaran spining top akan berupa busur melingkar dan bahan gambaran titik. Karena alasan ini maka alat manual spining top tidak bisa digunakan, dan harus menggunakan alat ukur yang dilengkapi dengan penggerak motor elektrik (syncronous spining top devices.


a.      (Uji Kecukupan HVL / Uji Kecukupan Filter)
Filtrasi sinar-X yang baik adalah bila kondisi low energi level dapat tereduksi dan tidak mencapai pasien atau pada film.Dosis radiasi pasien akan meningkat s.d 90 % bila fluktuasi sinar-X dalam kondisi yang tidak memadai. Penyerapan berlebihan terhadap fiamen tabung sebagai salah satu penyebab utama perubahan inherent filter, yang pada gilirannya mengurangi kecukupan filter radiasi pada suatu tabung sinar-X. Metode terbaik untuk mengukur kecukupan filter adalah dengan uji HVL (Half-Value-Layer). Sebuah dosimeter saku dapat digunakan untuk menguji kecukupan filter. Data yang diperoleh selanjutnya dapat di plot dengan semilog grafik (fungsi mR terhadap ketebalan filter).
                  Bila HVL ≤ 2,3 m pada 80 kVp maka perlu dikalibrasi.
  1. Quality Contol (QC) Kolimasi Pesawat Sinar-X
Kolimator atau sering disebut dengan Light Beam Diaphragm (LBD), diperlukan radiografer untuk memberi panduan bagi dirinya agar mengetahui arah pusat sinar dan ukuran luas lapangan radiasi yang akan dipergunakan dalam pemotretan radiografi. Dengan alat bantu yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari tabung sinar-x ini, radiografer akan dengan mudah mengarahkan pusat sinar-X atau membidikan titik bidik bagi suatu pemotretan radiografi. Uji kinerja terhadap kolimator sangat diperlukan guna meyakini keakuratan kerjanya. Pengukuran-pengukuran terhadap keseuaian luas lapangan cahaya kolimator dengan luas lapangan radiasi, ketepatan jatuhnya titik bidik dari pusat sinar-X pada pertengahan lapangan sinar-X akan menunjukan ujuk kerja (performance) dari kolimator suatu tabung sinar-X.
1)      Frekuensi :
-          Setiap setengah tahun (semiannually)
-          Setiap selesai perbaikan fisik terhadap system kolimasi sinar
-          Bila diperlukan
2)      Alat yang digunakan:
-          Sebuah kaset sinar-x ukuran 18 x 24 cm yang sudah terisi film
-          Collimator and Beam Alignment Test Tool (Alat Uji Ketepatan Kolimator dan Berkas Sinar-X) buatan pabrik atau alat sederhana berupa 8 koin atau paper clips
-          Marker Pb atau 9 koin
3)      Metode:
-          Pastikan bahwa meja datar dan CR 90� (Tegak Lurus) permukaan meja pemeriksaan (gunakan waterpass)
-          Tempatkan Collimator and Beam Alignment Test Tool  di atas kaset yang terisi film diatas meja pemeriksaan
-          Pastikan plat uji berada ditengah kaset dan bola baja pada silinder berada dipertengah plat tersebut, perhatikan marker titik hitam pada plat berada pada searah posisi bersebelahan dengan petugas
-          Atur FFD (SID) 100 cm dan nyalakan lampu kolimator dengan menentukan CP pada pertengahan plat/bola baja pada silinder
-          Atur kondisi pemotretan kurang lebih pada kV 57 dan mAs 10, atau kondisi pemotretan yang menghasilkan densitas optik cukup dapat dilhat oleh mata
-          Proses film
-          Catat data yang diperoleh
4)      Evaluasi :
-          Analisa film hasil uji kolimator untuk masing-masing variasi yang mungkin terjadi pada shutter kolimator pada sumbu X dan Y. Kolimator direkomendasikan baik bila variasi dari parameter shutter X dan Y lebih kecil dari 2 % FFD yang digunakan pada saat pengujian
-          Analisa pada film yang sama untuk variasi yang mungkin terjadi pada ketepatan pusat berkas sinar (beam alingment accuracy). Perhatikan bila gambaran bola baja yang berada pada posisi bagian atas silinder masih berada dalam radius 3 derajad maka dapat dikatakan bahwa kondisi pusat berkas sinar masih konsisten berada ditengah-tengah luas lapangan sniar.
5)      Tindakan:
-          Perbaiki atau menghubungi teknisi
-          Tes kembali
-          File laporan


BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dalam pelaksaan radiografi dibutuhkan QA (Quality Asrance) and QC (Quality control) untuk memaksimalkan hasil radiografi dan meminimalisir dosis radiasi serta biaya dalam radiografi. QA (Quality Asurance)  pokok program QA adalah akurasi dan ketepatan waktu diagnosis pasien. Sedangkan penerapan program QC sebagai bagian dari program QA radiologi dilakukan dengan tujuan untuk mendukung program QA yakni dalam aspek pengendalian parameter performa (kinerja) fisis pesawat atau peralatan pendukung lainnya melalui pengujian-pengujian dan pendokumentasian data secara rutin dan periodik oleh internal bagian radiologi yaitu 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali, setiap generator dan sistem radiografi harus dikalibrasi dan menjalani program QC paling sedikit setiap satu tahun sekali.
Pengujian dilakukan 6 bulan sekali untuk upaya preventif menjaga mutu atau juga harus dilakukan secepatnya pada alat yang baru dipasang dan setelah alat diservis karena dapat mempengaruhi kualitas radiograf dan keluaran radiasi dari peralatan radiografi tersebut.  Sebagai contoh QC (Quality Control) dalam radiografi adalah QC pada pesawat sina X (generator pesawat sinar X). Hal-hal yang dilakkan dalam melakukan QC pada generator pesawat sinar X adalah :
§  Uji Akurasi kVp
§  Uji Linearitas mA
§  Uji Akurasi Waktu Eksposi
§  Uji Kecukupan HVL / Filter
B.     Saran
Diharapkan setiap  radiografer selalu menerapkan QA (Quality Assurance) dan QC (Quality Control) dalam setiap pekerjaannya terutama pada pesawat radiologi konvensional, sehingga dapat menghasilkan suatu standar pesawat sinar-x konvensional yang layak untuk digunakan dalam bidang radiodiagnostik.



Daftar Pustaka


Bushong, S. C. 2008. Radiologic Science For Technologist, Ninth Edition. Canada: Mosby Co.
Carlton, RR and Adler, A. Mc Kenna. 1992. Principles of Radiographic Imaging On Art and Science. Newyork. Delmor Publisher Inc

Hadi, Wira. 2013. QA/QC Peralatan Sinar-x Konvensional Diagnostik Radiologi. Artikel sumber: http://khazanahradiografer.blogspot.com/2012_02_01_archive.html

Irmawati, Fetty Dwi. 2009. Makalah Instrumental Nuklir Pesawat Sinar-X. Artikel sumber: http//www. Scribd.com/doc/21891859/sinarx
Jauhari, Arif. 2000. Program Jaminan Mutu Bidang Radiografi. Jakarta. Pusat Kajian Radiografi dan Imaging
Laughlin, John S. 1978. Basic Quality Control In Diagnostic Radiology. New York. American Association of Physicists in Medicine
Palmer, Heater, 1977. An Introduction to Quality Assurance In Healt Care. E-book sumber:www.books.google.co.id/books?id=R9ShGwaacaaj&dq=an+introduction+to+quality+assurance+in+healthcare+heather+palmer&hl=en&sa=&ei=wbqswuaablylbraeoq4cybw&redir_esc=y
Radiological Council of Western Australia. 2000. Diagnostic X-ray Equipment Compliace Testing. Australia Health Departement Western Australia
Rumhadi, eddy. 2012. Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiologi Diagnostik. Artikel sumber: www. Babehedi.com
Rumhadi, eddy. 2012. X-ray Instrumentation . Artikel sumber: www. Babehedi.com
Suhartono. 2011. Bahan Ajar Fisika Radiasi. Jakarta. Politeknik Kesehatan Jakarta II
Vincent Gaspersz. 2006. Total Quality Management (TQM) Untuk Praktisi Bisnis dan Industri. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Wijono, D. M. S., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya.








2 komentar: